Kamis,
17 April 2014
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TEKNOLOGI PANGAN
“PENINGKATAN
MUTU GIZI PANGAN (MODIFIKASI RESEP)”
Disusun
Oleh :
KELOMPOK
1
NAMA NIM
AAN ALMAIDAH
|
PO.62.31.3.12.199
|
ASENISA AFTRI
|
PO.62.31.3.12.206
|
HELMINI LESTARI
|
PO.62.31.3.12.214
|
KARUNIAWATI
|
PO.62.31.3.12.220
|
NANA AGUSTINA
|
PO.62.31.3.12.230
|
RIZKY DEWIFIANITA
|
PO.62.31.3.12.237
|
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKARAYA
JURUSAN GIZI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan ilmu teknologi pangan tentang “Peningkatan Mutu Gizi Pangan (Modifikasi
Resep)”ini dengan sebaik-baiknya.
Kami selaku penulis menyadari laporan ini terdapat banyak sekali kekurangan dan
masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan.
Ucapan Terima kasih kami sampaikan kepada
dosen mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan yang telah memberikan pengarahan dan
materi tambahan guna terselesaikannya laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan bagi kita semua. Atas
perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.
Palangkaraya, April 2014
Penyusun
Kelompok 1
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
2.1 tujuan........................................................................................ 1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2
BAB
III METODE PENELITIAN................................................................ 8
3.1
Alat dan Bahan......................................................................... 8
3.2
Cara Kerja................................................................................ 8
3.3
Diagram Alir ............................................................................. 9
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 10
4.1
Hasil ......................................................................................... 10
4.2
Pembahasan ........................................................................... 11
BAB
V PENUTUP...................................................................................... 12
5.1 Kesimpulan............................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals,
atau MDGs) mengandung delapan tujuansebagai respon atas permasalahan
perkembangan global, yang kesemuanya harus tercapai pada 2015. Salah satunya
adalah memberantas kemiskinan ekstrim dan kelaparan, dengan target yang harus
dicapai antara 1990 sampai 2015. Masalah gizi pada balita yang cukup besar dan
harus mendapatkan prioritas penanganan adalah masalah gizi buruk. Keadaan gizi
buruk pada balita akan menghambat peningkatan sumber daya manusia karena keadaan
ini dapat mengakibatkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan
serta meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Sajudi, 2000).
Gizi buruk merupakan salah
satu masalah gizi yang mendapat perhatian serius. Secara langsung gizi buruk
disebabkan oleh kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit infeksi. Sementara
itu, keterbatasan pangetahuan ibu tentang gizi, cara pemberian makanan yang
tidak tepat, pola pengasuhan anak, kondisi kesehatan dan lingkungan serta
ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga merupakan faktor penyebab tidak
langsung timbulnya gizi buruk.
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja tetapi juga dengan pemberian formula khusus .Modisco kepanjangan dari
modified Dietetic skim and cotton sheet oil. Modisco yang banyak di gunakan di
indonesia merupakan modifikasi dari modisco yang digunakan di uganda.
Modifikasi dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan bahan lokal, selera, daya
cerna, kebutuhan kalori serta tingkat KEP sendiri.
1.2 Tujuan
Mahasiswa
dapat membuat modifikasi formula WHO F75 I
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Modisco
Modisco
merupakan singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and Coconut. Modisco
pertama kali dtemukan oleh May dan Whitehead pada tahun 1973. Modisco merupakan
makanan atau minuman bergizi tinggi yang pertama kali dicobakan pada anak-anak
yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda (Afrika) dengan hasil yang
memuaskan. Manfaat modisco yang paling utama adalah untuk mengatasi gizi buruk
padamanusia dengan cepat dan mudah. Karena modisco mempunyai kandungan kalori
yang tinggi serta mudah dicerna oleh usus manusia. Modisco juga dapatmembantu
mempercepat penyembuhan penyakit sehingga biaya pengobatan menjadi lebih
ringan(Sudiana & Acep, 2005).
Kombinasi
MPT komposisinya antara lain: agar-agar dengan variasi rasa, putih telur ayam,
gula pasir, susu skim dengan berat 80 gr. Tujuan utama MPT digunakan untuk
meningkatkankadar albumin dalam darah. MPT diberikan pada pasien-pasien bedah
yang hypoalbumin (<3gr/dl) dengan waktu pemberian 2x perhari (pk.10.oo dan
16.oo wib) selama 7 s/d 10 hari. Pembuatan Modisco Putih Telur ( MPT ) sesuai
standar pelayanan gizi di RSUP Dr. Kariadi dilakukan oleh tenaga SMKKBoga dan
produksi dilaksanakan di Instalasi Gizi RSUP Dr. Kariadi, sedangkan distribusi
MPT ke pasien oleh tenaga pramusaji IRNA bedah. Namun sampai sekarang belum ada
pembuktian peningkatan kadar albumin dalam darah sesuai yang
diharapkan.(Sumber: Standar Pelayanan Instalasi Gizi RSUP. Dr. Kariadi
Semarang).
Bahan baku Modisco: Susu, Gula pasir, Minyak goreng atau margarine
Sifat
Modisco: Berkalori tinggi, Murah, Mudah dibuat
, Dapat diolah dengan beraneka ragam makanan
Yang Membutuhkan
Modisco:Penderita penyakit infeksi
menahun, Orang yang sembuh dari penyakit
berat, Mereka yang sulit makan karena infeksi bawaan, Anak yang sehat tapi
kurus.
Keuntungan
Modisco:Mempercepat
penyembuhan., pengobatan lebih ringan
Modisco Tidak Boleh Diberikan Kepada: Anak gemuk, Bayi dibawah usia 6 tahun, Penderita penyakit ginjal, hati, dan jantung.
Modisco Tidak Boleh Diberikan Kepada: Anak gemuk, Bayi dibawah usia 6 tahun, Penderita penyakit ginjal, hati, dan jantung.
Cara Memberikan
Modisco:Dapat diberikan sebagai bahan minuman
untuk diet penuh, Dapat diberikan sebagai campuran
bahan makanan lain, misalnya minuman dicampur coklat atau buah-buahan, Dicampur
pada bubur kacang hijau atau kolak pisang.
Macam dan Isi Modisco:
Macam dan Isi Modisco:
1.
Modisco
I : susu skim 20gr (4 sdm), gula pasir 10gr (1 sdm), minyak 9,2 cc dan air
matang 200cc.
2.
Modisco
II : susu skim 20gr ( 4 sdm), gula pasir 10gr(1 sdm), margarine 11,2gr (1
sdm) dan air matang 200cc.
3.
Modisco
III: susu segar 200cc, gula pasir 14gr, margarin 11gr.
Konsumen dari makanan
formula WHO, ada tiga yaitu:
1. Fase
Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi
perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali anak sangat lemah
dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus
dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga
energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja.
Formula khusus seperti
Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan jadwal pemberian
makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut
diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :
a.
Porsi
kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
1.
Energi
: 100 kkal/kg/hari
2.
Protein
: 1-1.5 gr/kg bb/hari
3.
Cairan
: 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
4.
Bila
anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu
lemah berikan dengan sendok/pipet
5.
Pemberian
Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal pemberian makanan
harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak
Keterangan :
1.
Pada
anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian formula
bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
2.
Bila
pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dalam
sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik (
dibutuhkan ketrampilan petugas )
3.
Pada
fase ini jangan beri makanan lebih dari
100 Kkal/Kg bb/hari
4.
Pada
hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan pada
hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
5.
Lanjutkan
pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau
dan catat :
1. Jumlah yang diberikan dan
sisanya
2. Banyaknya muntah
3. Frekwensi buang air besar
dan konsistensi tinja
4. Berat badan (harian)
5. selama fase ini diare
secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema , mula-mula berat
badannya akan berkurang kemudian berat
badan naik
Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)
Pada
fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :
Fase Transisi (minggu ke 2)
1.
Pemberian
makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk menghindari
risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam
jumlah banyak secara mendadak.
2.
Ganti
formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan
formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam
jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan
dengan kandungan energi dan protein yang sama.
3.
Kemudian
naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200
ml/kgbb/hari).
Pemantauan pada fase transisi:
1.
Frekwensi
nafas
2.
Frekwensi
denyut nadi
Bila
terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali
/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian
formula. Setelah normal kembali, ulangi
menaikkan volume seperti di atas.
3.
Timbang
anak setiap pagi sebelum diberi makan
Setelah
fase transisi dilampaui, anak diberi:
1.
Formula
WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
2.
Energi
: 150-220 Kkal/kg bb/hari
3.
Protein
4-6 gram/kg bb/hari
4.
Bila
anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi
untuk tumbuh-kejar.
Setelah
fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :
1.
Formula
WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering
2.
Energi
: 150-220 kkal/kgbb/hari
3.
Protein
4-6 g/kgbb/hari
4.
Bila
anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula (
lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.
5.
Secara
perlahan diperkenalkan makanan keluarga
Pemantauan
fase rehabilitasi
Kemajuan dinilai
berdasarkan kecepatan pertambahan badan :
1.
Timbang
anak setiap pagi sebelum diberi makan.
2.
Setiap
minggu kenaikan bb dihitung.
3.
Baik
bila kenaikan bb ³ 50 g/Kg bb/minggu.
4.
Kurang
bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.
Tahapan
Pemberian Diet
|
|
Fase Stabilisasi :
|
Formula Who 75 Atau
Pengganti
|
Fase Transisi :
|
Formula Who 75 Ô Formula Who 100
Atau Pengganti
|
Fase Rehabilitasi :
|
Formula Who 135 (Atau
Pengganti)
¯
Makanan Keluarga
|
2.2 Makanan
Formula
2.2.1
Pengertian Makanan Formula
Makanan formula atau bahan makanan
campuran merupakan kombinasi dari berbagai bahan yang memungkinkan penambahan
kekurangan sesuatu zat gizi dalam sesuatu bahan dalam bahan lain sehingga
menjadi sesuatu bahan yang mengandung zat-zat gizi dalam jumlah cukup sesuai
dengan kebutuhan.
2.2.2 Syarat
Makanan Formula
a. Bernilai gizi tinggi,
b. Dapat diterima baik citarasanya,
c.
Dibuat dari bahan makanan setempat.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat :
1.
Panci
2.
Gelas ukur
3.
Sendok
4.
Baskom
5.
Ulekan
6.
Gelas beker
3.1.2 Bahan:
1. Susu skim
2. Gula
pasir
3.
Minyak jagung
4.
Larutan elektrolit
5.
Tepung beras
6. Air
matang
3.2 Cara Kerja
1. Hancurkan
gula pasir, masukkan minyak. Campurkan hingga emulsi.
2. Tambahkan
susu skim, tepung beras, aduk hingga rata
3. Tambahkan
larutan elektrolit sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga membentuk
gel.
4. Tambahkan
air matang sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen hingga mencapai
1000ml
5. Masak
larutan diatas api sedang sambil terus diaduk selama 5-7 menit.
6. Angkat
3.3 Diagram
Alir
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar
|
Perlakuan
|
Tahap pertama penghalusan gula pasir
sampai benar-benar halus, dan ditambahkan dengan sedikit minyak jagung sampai
emulsi.
|
|
Setelah gula pasir dan minyak emulsi, tambahkan susu skim, tepung beras dan larutan elektrolit sampai homogen
|
|
Di campur dan di haluskan sampai
rata, setelah itu di tambahkan dengan air matang dan masak selama ± 5 menit.
|
|
Formula F75 I Siap digunakan / dikonsumsi
|
4.2 Pembahasan
Pembuatan formula 75 I ini didasarkan dengan
menyiapkan alat dan bahan. Kemudian penggerusan gula sebanyak 70gr. Setelah gula
digerus, campurkan gula dengan susu skim 25 gr dan tepung beras 35 gr secara
merata dan tidak menggumpal. Kemudian tambahkan larutan elektrolit 20 ml,
sedikit demi sedikit aduk secara merata . Tambahkan minyak sayur sampai
tercampur rata dan usahakan tidak ada lagi minyak yang terlihat. Tambahkan air
sedikit demi sedikit dan diaduk terus menerus sampai homogen sampai mencapai 1
L.
Penggerusan ini dilakukan untuk menghaluskan gula, supaya
pecampuran gula, susu skim, tepung beras dan minyak tercampur bersamaan.
Lakukan pemanasan dengan api kecil. Dalam pemasakan
formula, kami menggunakan waktu sampai 10 menit, sehngga hasil yang didapat
berkurang dan berwarna pekat dari sebelum pemsakan formula. Pemasakan bertujuan membuat
formula berbahan susu skim, gula, tepung beras, larutan elekrolit dan
minyak sayur
menjadi homogen dan menghilangkan air yang berlebihan sehingga formula yang dihasilkan menjadi
pekat. Di samping itu, pemasakan juga bertujuan untuk menghasilkan cita rasa
yang baik. Pemasakan yang berlebihan akan menyebabkan formula menjadi bahan
minyak dan bahan yang lain tidak menyatu atau pecah-pecah, sedangkan jika
pemanasan kurang akan menghasilkan formula tidak mendapatkan cita rasa
yang baik.
Selama pemasakan harus dilakukan pengadukan agar campuran bahan susu
skim, gula pasir, tepung beras, larutan dan minyak sayur menjadi homogen.
Pengadukan juga
bertujuan untuk memperoleh struktur dan cita rasa. Pengadukan tidak boleh
terlalu cepat karena dapat menimbulkan gelembung-gelembung yang dapat merusak
tekstur dan penampakan akhir. Pemasakan harus dilakukan dalam waktu yang
singkat untuk mencegah hilangnya aroma, warna dan terjadinya hidrolisa pektin.
Dari hasil praktikum didapatkan hasil organoleptiknya
dari segi warna yaitu putih agak cream, aroma khas formula,
rasa hambar dan tingkat konsistensi baik karena tidak terlalu cair
maupun tidak terlalu kental.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan menghasilkan
F75 I yang berwarna putih agak cream, aroma khas formula,
rasa hambar dan tingkat konsistensi baik karena tidak terlalu cair
maupun tidak terlalu kental.
Penanggung Jawab
Nana Agustina
DAFTAR
PUSTAKA
file:///D:/FRS/FORMULA%20RUMAH%20SAKIT%20_%20fatinzuraidah.html[diaksespada
April,20,2014]
http://zillyannurse.blogspot.com/2011/11/panduan-pemberian-makanan-pada.html[diaksespada April,20,2014]
http://puspa-notes.blogspot.com/2010/01/modisco-atau-makanan-penggemuk.html[diaksespada April,20,2014]
http://dwimarsudi87-krete.blogspot.com/2011/02/terapi-balita-gizi-buruk.html[diaksespada April,20,2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar